ESSAI: JALAN BUNTU - Birukuning News

ESSAI: JALAN BUNTU

ESSAI - Catatan Jalan buntu, semata mata hanya pengalaman pribadi dan elaborasi dengan penelitian sebahagian mahasiswa. Jalan buntu hanya sebuah renungan buat kita semua, apakah kita sudah menjadi diri sendiri ataukah menjadi orang di luar diri kita. Ada kata-kata bijak mengatakan bahwa "kebahagiaan sangat simpel yakni cintailah pekerjaanmu dan menjadi diri sendiri". 

Dalam melihat masa depan, itulah kata-kata yang melekat pada diri sebahagian mahasiswa sekarang ini. Bingung dengan langkah demi langkah untuk menentukan tujuan yang senada bagi dirinya. Banyaknya ruang publik atau forum diskusi untuk mengasah talenta dan profesi tapi seketika terhalang oleh carut marutnya dinamika sistem yang menghantui setiap waktu.

Dewasa ini, hal yang awalnya di prioritaskan hanya sekedar tontonan drama serial yang bermental Tai Ayam, seketika lenyap pada saat terlempar dalam situasi dan kondisi yang tertekan. Carut marut kebijakan sistem yang tak menentu, meracik diri dalam pergulatan yang seakan terhipnotis pada kebijakan sistem. Pada akhirnya, lupa dengan opsi yang telah termaktub sebelumnya.

Ketidak nyamanan dalam dunia sosial di karenakan terkungkung pada sistem yang memberikan efek samping pada dirinya, lupa bahwa ia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berani bergaul dengan siapa saja. "Waktu adalah ruang di mana masa menjadi Mahasiswa akademisi yang keluar menjadi penguasa Angka dengan IPK 4.0".

Ia memang benar, kenapa tidak. untuk menjadi mahasiswa berIPK tinggi tentu semua mahasiswa bisa mencapainya, dengan prasyarat; Mahasiswa selalu hadir setiap mata kuliah berlangsung, tugas selalu stand by, dan keaktifan di forum pada saat diskusi. Insya Allah mahasiswa dapat Nilai (A). Kalau saya di kira bohong tanya dosen!!!
Tapi, efek dari semua itu lebih tendensi berjibaku dengan dirinya sendiri yang condong menjadi Mahasiswa Apatis (acuh tak acuh). lebih cenderung terkungkung pada kebijakan sistem yang katanya memberi jaminan kesuksesan bagi Mahasiswa dimasa mendatang. Namun efek dari semua itu, mahasiswa rela berjihad atas nama  prasyarat sistem yang harus di penuhi kemudian menjadi efek ambigu bagi mahasiswa itu sendiri. 

Mahasiswa bukan lagi menjadi mahasiswa bermoral, saling menjaga dan saling membesarkan satu sama lain. Melainkan menjadi Mahasiswa robot elektronik yang di remoti dan di kendalikan secara otomatis oleh sistem. Kebijakan itu pula, muncul ilusi gentayangan dalam benak Mahasiswa sebuah khayalan horor yang nyata. Efek dari kebijakan sistem menjadi ketakutan tersendiri bagi mahasiswa pada umumnya, yang pada akhirnya sistem beralih fungsi menjadi pembunuhan secara halus karakter yang melekat pada diri mahasiswa tersebut
Ingat Ki, kampus tidak menjamin MAHASISWA menjadi seorang intelektual tersohor dan mendapatkan pekerjaan yang mumpuni. Akan tetapi kampus hanya sebatas memfasilitasi kebutuhan kebutuhan MAHASISWA".

Penulis: Jumardi (Sahabat PMII Kota Parepare)

Tidak ada komentar