Esai: Apa kabar keadaanku...?
ESAI - Salamku buat engkau telingaku, kepalaku, bibirku, hidungku, mataku, gigiku, lidahku, rahangku, pipiku, alisku, keningku, rambutku, bulu mataku, daguku, leherku, pundakku, lenganku, tanganku, jari-jemariki, perutku, bokongku, pahaku, lututku, betisku, kakiku dan terakhir engkau jembatan penerus.
Engkau sering diaduh domba oleh kaum-kaum penghisap dengan memperagakan berbagai macam cara mulai dari pakaian, makanan, dan alat-alat industri, hingga kau tak bisa lagi menjaga sikap, pengaderan, solidaritasmu, kebudayaanmu, tradisimu untuk saling mengingatkan, mencintai, merajakan, memanusiakan, menghidupi dalam perjuangan tanpa henti, sampai akhirnya engkau saling berperang tak berkesudahan.
Apa kabar keadaanku..?
Kini harimu dibumbui tipu muslihat yang semakin menjauhkan jasad dari rohmu, hingga kau terbawa arus olehnya kau curang dalam hal ini tanpa melihat musababnya di puncak orgasme.
Keluarkan semua yang engkau jilat, cium makan, minum, dengar dan yang kau lihat selama ini dari cermin kebebasan yang tak jelas asal muasalnya dari mana.
Buka fikiran dan idiologimu, tancapkan dalam-dalam keliang lahat keabsahan dari kepribadianmu, agar engkau tidak panatik buta-buta dengan segala hal yang ada diluar darimu.
Apa kabar keadaanku...?
Sudah waktunya engkau pulang dan menanggalkan semua yang pernah ada dalam topeng kebesaranmu, silahkan pulang sekarang engkau tidak akan dipukul, dimarahi, karena kau sangat dijunjung tinggi oleh kaum-kaumku dengan penuh hikmat dari semua makhluk yang ada, denganmu semua makhluk tunduk dan patuh terhadapmu.
Apa kabar keadaanku...?
Aku sekedar berkabar deganmu itupun tidak lebih
Ingat jangan sampai BAPERKO.
#Murkha Manasa
Penulis: Sahabat Nur Mubarak (Antelop)
Engkau sering diaduh domba oleh kaum-kaum penghisap dengan memperagakan berbagai macam cara mulai dari pakaian, makanan, dan alat-alat industri, hingga kau tak bisa lagi menjaga sikap, pengaderan, solidaritasmu, kebudayaanmu, tradisimu untuk saling mengingatkan, mencintai, merajakan, memanusiakan, menghidupi dalam perjuangan tanpa henti, sampai akhirnya engkau saling berperang tak berkesudahan.
Apa kabar keadaanku..?
Kini harimu dibumbui tipu muslihat yang semakin menjauhkan jasad dari rohmu, hingga kau terbawa arus olehnya kau curang dalam hal ini tanpa melihat musababnya di puncak orgasme.
Keluarkan semua yang engkau jilat, cium makan, minum, dengar dan yang kau lihat selama ini dari cermin kebebasan yang tak jelas asal muasalnya dari mana.
Buka fikiran dan idiologimu, tancapkan dalam-dalam keliang lahat keabsahan dari kepribadianmu, agar engkau tidak panatik buta-buta dengan segala hal yang ada diluar darimu.
Apa kabar keadaanku...?
Sudah waktunya engkau pulang dan menanggalkan semua yang pernah ada dalam topeng kebesaranmu, silahkan pulang sekarang engkau tidak akan dipukul, dimarahi, karena kau sangat dijunjung tinggi oleh kaum-kaumku dengan penuh hikmat dari semua makhluk yang ada, denganmu semua makhluk tunduk dan patuh terhadapmu.
Apa kabar keadaanku...?
Aku sekedar berkabar deganmu itupun tidak lebih
Ingat jangan sampai BAPERKO.
#Murkha Manasa
Penulis: Sahabat Nur Mubarak (Antelop)
Post a Comment