DIRIKU, SANG PENCELOTEH DINI (Cipt. Siti Zahrah) - Birukuning News

DIRIKU, SANG PENCELOTEH DINI (Cipt. Siti Zahrah)

Katamu, kita sama...
Sama-sama Memiliki Tujuan mulia dalam bait2 gerakan
Dengan Makna suci dari setiap simbol yg dilekatkan..
Nilai kislaman dan kemanusiaan jadi pedoman
Islam Rahmatallil'alamin menjadi Harapan
Pancasila dan NKRI menjadi harga mati yang tak tertawarkan
Dan kita terikat dalam jalinan persahabatan
Karena kita adalah PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia.

Sekarang kau bilang saya bodoh...
Dan menjadi propokator yang aktif..
Dulu julukanku adalah sahabat..
Sekarang adalah pemberontak..
Sebab kebodohan indraku dalam bekerja..

Namun dimanakah letak kebodohan diriku?
Ketika Mata yang tak buta melihat dirimu yg telanjang
Berkoar-koar dalam keintelektualan yang bervirus kepentingan
Terbungkus rapi dengan retorika yg melenakan
Dimanakah tujuan mulia gerakanmu sekarang??

Suaramu terus menggema dibelantara Nusantara
Kau hadir disetiap pemberitaan yang buta aksara
menggunakan atribut sebagai tameng
Dan menjual nilai-nilai yg agung

Bagaimana aku akan menyelami kedalaman ilmu dilaut biru?
Dan menggantungkan harapanku dilangit biru?
Sedang kau boikut gerakanku
Dengan aturan-aturan yg bertopeng..
Taat administrasi katanya
Ah, kau tiba-tiba pura-pura buta dan tuli
Bagaimana Nusantara ini tiba-tiba jadi 1 daerah
Hingga aturannya pun harus jadi 1 daerah..
Sedang, aku yang berada dipinggiran
hanya kau sapa dengan aturan-aturan yang buta
Bagaimana kau tiba-tiba bodoh
Dalam kecerdasan yang kau elokkan?
STOP, mungkin kau anggap lisanku semakin kejam.

Sedang sang beliau yang kuhormati..
Kulekatkan penghargaan sepenuh hati..
Kujadikan kau pelindung diri..
Namun diriku telah kau hianati...
Saat kau seret aku dalam konflik yang tak mati-mati
Dan ketika ku tanya...
Ada apa? Mengapa? Bagaimana??
Jadilah diriku mahluk durhaka...
Sebab, tak seharusnya diriku bertanya..
Hingga kebencian tanpa alasan berkuasa..
Ya, seperti itulah caramu, kau yang kuhormati.

Diriku hanyalah penceloteh dini...
yg Berceloteh atas dasar rasa dan penglihatan...
Diriku belum sedewasa mereka...
Yang selalu beralasan "D I N A M I K A"..

Dimanakah letak kebodohanku..
Ketika hanya harapan kecil yang ada
dan kulekatkan pada setiap celotehku...
Namun Jika celotehku adalah kebodohan..
Maka cerdaslah, baiklah, jujurlah dalam melakukan gerakan.

Tidak ada komentar