Saat Bung Karno Disuguhi Katalog Lukisan Setengah Telanjang di AS
JAKARTA, AJATAPPARENG NEWS -- Sebuah lukisan Bung Karno dengan Dewi Soekarno memantik perhatian publik. Musababnya dalam lukisan itu, Dewi Soekarno digambar dalam keadaan tanpa busana alias telanjang. Bung Karno memang dikenal suka mengoleksi lukisan. Ketika sang proklamator itu wafat tak kurang dari 2.300 bingkai lukisan dia tinggalkan.
Hampir semua kolega mengetahui kegemaran Bung Karno tersebut. Termasuk Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy dan sang istri Jacqueline "Jacky" Kennedy. Mereka pun menyuguhkan buku koleksi lukisan kegemaran Sukarno. Seperti apa ceritanya?
Pada April 1961, Presiden Sukarno melakukan lawatan ke Amerika Serikat. Di Washington DC sang sohibul bait, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy dan sang istri Jacqueline "Jacky" Kennedy menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut Bung Karno dan rombongan.
Sang Ibu Negara, Jacqueline "Jacky" Kennedy meminta Departemen Luar Negeri mencari buku koleksi lukisan Sukarno. Sebagai ibu negara, ia ingin mencitrakan diri sebagai tuan rumah yang baik saat suaminya, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, menyambut sang tamu.
Permintaan itu dilontarkan Jacky karena ia mendengar Sukarno sedang gembira luar biasa karena pemimpin besar Cina, Mao Zedong, akan menerbitkan katalog koleksi lukisannya. Jacky ingin membuat tamunya terkesan karena di Gedung Putih ada buku itu.
Jacky meminta buku itu ditaruh di meja yang diapit dua sofa. Satu tempat suaminya duduk dan di seberangnya disiapkan buat Sukarno. Namun Jacky terkejut melihat koleksi lukisan di buku itu. "Semua perempuan bertelanjang dada dengan kembang sepatu besar di rambutnya," kata Jacky dalam buku Jacqueline Kennedy: Historic Conversations on Life with John F. Kennedy.
Dia langsung tak menyukai tamunya itu. Sebaliknya, Sukarno gembira bukan kepalang melihat buku itu. "Ini lukisan istri kedua saya," kata Jacky menirukan tamunya ketika itu.
Sukarno memang dikenal sebagai pengagum seni lukis yang luar biasa. Kebanyakan lukisan yang dia koleksi berobjek wanita molek tanpa busana. Saat masih tinggal di Istana Negara, lukisan-lukisan itu terpajang hampir di setiap ruangan. Tak terkecuali ruang makan.
Sesekali, karena Bung Karno juga bisa melukis, ia memperbaiki dan membersihkan sendiri lukisan-lukisan yang rusak atau kotor. Si Bung juga biasa mengajak dialog Guntur Soekarnoputra, putra sulungnya, tentang cantik-tidaknya wanita yang menjadi obyek lukisan.
Ada kalanya Guntur mengakui kemolekan para wanita dalam lukisan, tapi dia juga bisa menggoda sang ayah bahwa penampilan wanita dalam lukisan biasa saja.
Ketika dimintai pendapat tentang lukisan telanjang yang mirip Hartini, perempuan keempat yang diperistri Bung Karno, Guntur menyebutkan, "Enggak cantik, ah. Masih lebih cantik pacar aku, dong."
Bung Karno tentu menyergah. Ia memuji lukisan karya Basuki Abdullah itu 99 persen mirip sosok perempuan Solo, baik sorot mata, hidung, maupun bentuk bibirnya.
"Kalau kau lihat dia bugil di atas kasur, baru kau tahu betapa cantik dan mulusnya dia," ujar Bung Karno seperti ditulis Guntur dalam buku Bung Karno: Bapakku, Kawanku, Guruku yang dikutip detikcom, Selasa (14/3/2017).
"Lo, Bapak tahunya dari mana?" Guntur menyelidik. Kali ini sang ayah cuma tertawa terbahak-bahak sebagai jawaban.
Sebagai pengagum seni lukis, Bung Karno memiliki pelukis istana, mulai Dullah, Lee Man-Fong, sampai Lim Wasim. Ketika wafat, ia meninggalkan 2.300 bingkai lukisan.
Hampir semua kolega mengetahui kegemaran Bung Karno tersebut. Termasuk Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy dan sang istri Jacqueline "Jacky" Kennedy. Mereka pun menyuguhkan buku koleksi lukisan kegemaran Sukarno. Seperti apa ceritanya?
Pada April 1961, Presiden Sukarno melakukan lawatan ke Amerika Serikat. Di Washington DC sang sohibul bait, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy dan sang istri Jacqueline "Jacky" Kennedy menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut Bung Karno dan rombongan.
Sang Ibu Negara, Jacqueline "Jacky" Kennedy meminta Departemen Luar Negeri mencari buku koleksi lukisan Sukarno. Sebagai ibu negara, ia ingin mencitrakan diri sebagai tuan rumah yang baik saat suaminya, Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, menyambut sang tamu.
Permintaan itu dilontarkan Jacky karena ia mendengar Sukarno sedang gembira luar biasa karena pemimpin besar Cina, Mao Zedong, akan menerbitkan katalog koleksi lukisannya. Jacky ingin membuat tamunya terkesan karena di Gedung Putih ada buku itu.
Jacky meminta buku itu ditaruh di meja yang diapit dua sofa. Satu tempat suaminya duduk dan di seberangnya disiapkan buat Sukarno. Namun Jacky terkejut melihat koleksi lukisan di buku itu. "Semua perempuan bertelanjang dada dengan kembang sepatu besar di rambutnya," kata Jacky dalam buku Jacqueline Kennedy: Historic Conversations on Life with John F. Kennedy.
Dia langsung tak menyukai tamunya itu. Sebaliknya, Sukarno gembira bukan kepalang melihat buku itu. "Ini lukisan istri kedua saya," kata Jacky menirukan tamunya ketika itu.
Sukarno memang dikenal sebagai pengagum seni lukis yang luar biasa. Kebanyakan lukisan yang dia koleksi berobjek wanita molek tanpa busana. Saat masih tinggal di Istana Negara, lukisan-lukisan itu terpajang hampir di setiap ruangan. Tak terkecuali ruang makan.
Sesekali, karena Bung Karno juga bisa melukis, ia memperbaiki dan membersihkan sendiri lukisan-lukisan yang rusak atau kotor. Si Bung juga biasa mengajak dialog Guntur Soekarnoputra, putra sulungnya, tentang cantik-tidaknya wanita yang menjadi obyek lukisan.
Ada kalanya Guntur mengakui kemolekan para wanita dalam lukisan, tapi dia juga bisa menggoda sang ayah bahwa penampilan wanita dalam lukisan biasa saja.
Ketika dimintai pendapat tentang lukisan telanjang yang mirip Hartini, perempuan keempat yang diperistri Bung Karno, Guntur menyebutkan, "Enggak cantik, ah. Masih lebih cantik pacar aku, dong."
Bung Karno tentu menyergah. Ia memuji lukisan karya Basuki Abdullah itu 99 persen mirip sosok perempuan Solo, baik sorot mata, hidung, maupun bentuk bibirnya.
"Kalau kau lihat dia bugil di atas kasur, baru kau tahu betapa cantik dan mulusnya dia," ujar Bung Karno seperti ditulis Guntur dalam buku Bung Karno: Bapakku, Kawanku, Guruku yang dikutip detikcom, Selasa (14/3/2017).
"Lo, Bapak tahunya dari mana?" Guntur menyelidik. Kali ini sang ayah cuma tertawa terbahak-bahak sebagai jawaban.
Sebagai pengagum seni lukis, Bung Karno memiliki pelukis istana, mulai Dullah, Lee Man-Fong, sampai Lim Wasim. Ketika wafat, ia meninggalkan 2.300 bingkai lukisan.
Post a Comment