Jadi Dubes Ukraina, Yuddy Chrisnandi: Kalau Mau Datang, Kabari Saya
JAKARTA, AJATAPPARENG NEWS -- Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar RI untuk Ukraina merangkap Republik Armenia dan Georgia. Yuddy mengatakan akan sangat senang jika ada WNI yang datang ke Ukraina.
"Karena di sana WNI tidak lebih dari 80 orang yang terdata di tiga negara. Jadi, kalau ada WNI yang mau mengunjungi KBRI di Kiev, saya senang sekali. Supaya banyak teman. Kabari saya. Tinggal SMS dan WhatsApp," kata Yuddy seusai pelantikan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13 Maret).
Yuddy pun menceritakan proses dirinya yang mulai di-reshuffle dari Kabinet Kerja hingga menjadi Dubes untuk Ukraina. Dia mengatakan, pada 26 Juli 2016, dirinya dicopot dari jabatan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Pada saat itu juga dia langsung menawarkan diri untuk dijadikan dubes.
"Alhamdulillah, memang sejak 26 Juli saya dipanggil Pak Presiden dan diberi tahu bahwa saya tidak lagi jadi menteri. Beliau menanyakan kepada saya apa menerima berkenan tugas lain. Saya sampaikan, kalau Bapak Presiden memberi kepercayaan kepada saya, saya bersedia menjadi duta besar di negara mana pun yang Bapak Presiden percayakan. Apakah negara besar, kecil, jauh, dekat, untuk menambah pengalaman saya," ujar Yuddy.
"Dan Pak Presiden memberi kepercayaan kepada saya untuk jadi duta besar di negara Ukraina dan merangkap Georgia dan Armenia. Hari ini setelah melalui proses yang panjang sejak bulan Desember, orientasi, fit and proper test, dan lain sebagainya. Ada 17 dubes yang dilantik pada 13 Maret hari ini dan saya nomor 13. Jadi pas. Diberi waktu selambat-lambatnya 30 hari oleh Menlu untuk bertugas setelah pelantikan ini," tambahnya.
Yuddy membantah jika posisi tersebut ditawarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia meluruskan, jabatan yang diembannya saat ini memang diamanatkan langsung oleh Presiden Jokowi.
"Pak Presiden yang menanyakan langsung apakah bersedia penugasan lain setelah tidak jadi menteri, dan saya bersedia. Itu adalah sebuah kehormatan dan saya melaksanakan tugas ini di mana pun tempatnya. Walaupun saat awal disebut di negara A, B, C walau akhirnya diputuskan di Ukraina oleh Bapak Presiden, saya menerima dengan sebaiknya, penuh rasa hormat. Kebanggaan untuk saya laksanakan dengan sebaiknya," jelasnya.
Yuddy sendiri mengaku baru tahu akan ditempatkan di Ukraina pada November 2016. Dia pun menerima tugas tersebut.
"Tahu Ukraina kita-kira November, diberi tahu Menlu dan saya tanya ke Bu Menlu, siapa yang memilihkan ini. Yang memilihkan adalah Pak Presiden langsung. Dan saya sampaikan kalau ini adalah pilihan Presiden, saya terima dan saya jalankan sebaik-baiknya sebagai sebuah kehormatan," katanya.
Lalu, apa tantangan besar dalam tugas barunya ini?
"Tantangan terbesar bagaimana sosialisasi Indonesia, kekayaan alam, keramahtamahan, kekayaan, dan keunggulan Indonesia di forum internasional, khususnya di tiga negara yang minim diplomasinya. Delapan puluh orang dibanding negara lain yang puluhan ribu, jutaan, sangat sedikit. Karena mungkin intensitas komunikasi dan hubungan diplomatik dalam berbagai sisi belum kita optimalkan," tutur Yuddy.
"Oleh karena itu, tantangannya adalah bagaimana membumikan Indonesia di tiga negara tersebut. Mengenalkan Indonesia, membangun kerja sama baru, itu paling penting. Dan diharapkan kunjungan masyarakat dari tiga negara meningkat, begitu juga kunjungan kita," jelasnya. Target saya setelah tiba (di Ukraina) adalah bertemu dengan seluruh WNI yang ada di sana. Dan meneruskan semua kerja sama yang sudah dirintis sebelumnya," urainya.
"Karena di sana WNI tidak lebih dari 80 orang yang terdata di tiga negara. Jadi, kalau ada WNI yang mau mengunjungi KBRI di Kiev, saya senang sekali. Supaya banyak teman. Kabari saya. Tinggal SMS dan WhatsApp," kata Yuddy seusai pelantikan di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13 Maret).
Yuddy pun menceritakan proses dirinya yang mulai di-reshuffle dari Kabinet Kerja hingga menjadi Dubes untuk Ukraina. Dia mengatakan, pada 26 Juli 2016, dirinya dicopot dari jabatan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Pada saat itu juga dia langsung menawarkan diri untuk dijadikan dubes.
"Alhamdulillah, memang sejak 26 Juli saya dipanggil Pak Presiden dan diberi tahu bahwa saya tidak lagi jadi menteri. Beliau menanyakan kepada saya apa menerima berkenan tugas lain. Saya sampaikan, kalau Bapak Presiden memberi kepercayaan kepada saya, saya bersedia menjadi duta besar di negara mana pun yang Bapak Presiden percayakan. Apakah negara besar, kecil, jauh, dekat, untuk menambah pengalaman saya," ujar Yuddy.
"Dan Pak Presiden memberi kepercayaan kepada saya untuk jadi duta besar di negara Ukraina dan merangkap Georgia dan Armenia. Hari ini setelah melalui proses yang panjang sejak bulan Desember, orientasi, fit and proper test, dan lain sebagainya. Ada 17 dubes yang dilantik pada 13 Maret hari ini dan saya nomor 13. Jadi pas. Diberi waktu selambat-lambatnya 30 hari oleh Menlu untuk bertugas setelah pelantikan ini," tambahnya.
Yuddy membantah jika posisi tersebut ditawarkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dia meluruskan, jabatan yang diembannya saat ini memang diamanatkan langsung oleh Presiden Jokowi.
"Pak Presiden yang menanyakan langsung apakah bersedia penugasan lain setelah tidak jadi menteri, dan saya bersedia. Itu adalah sebuah kehormatan dan saya melaksanakan tugas ini di mana pun tempatnya. Walaupun saat awal disebut di negara A, B, C walau akhirnya diputuskan di Ukraina oleh Bapak Presiden, saya menerima dengan sebaiknya, penuh rasa hormat. Kebanggaan untuk saya laksanakan dengan sebaiknya," jelasnya.
Yuddy sendiri mengaku baru tahu akan ditempatkan di Ukraina pada November 2016. Dia pun menerima tugas tersebut.
"Tahu Ukraina kita-kira November, diberi tahu Menlu dan saya tanya ke Bu Menlu, siapa yang memilihkan ini. Yang memilihkan adalah Pak Presiden langsung. Dan saya sampaikan kalau ini adalah pilihan Presiden, saya terima dan saya jalankan sebaik-baiknya sebagai sebuah kehormatan," katanya.
Lalu, apa tantangan besar dalam tugas barunya ini?
"Tantangan terbesar bagaimana sosialisasi Indonesia, kekayaan alam, keramahtamahan, kekayaan, dan keunggulan Indonesia di forum internasional, khususnya di tiga negara yang minim diplomasinya. Delapan puluh orang dibanding negara lain yang puluhan ribu, jutaan, sangat sedikit. Karena mungkin intensitas komunikasi dan hubungan diplomatik dalam berbagai sisi belum kita optimalkan," tutur Yuddy.
"Oleh karena itu, tantangannya adalah bagaimana membumikan Indonesia di tiga negara tersebut. Mengenalkan Indonesia, membangun kerja sama baru, itu paling penting. Dan diharapkan kunjungan masyarakat dari tiga negara meningkat, begitu juga kunjungan kita," jelasnya. Target saya setelah tiba (di Ukraina) adalah bertemu dengan seluruh WNI yang ada di sana. Dan meneruskan semua kerja sama yang sudah dirintis sebelumnya," urainya.
Post a Comment