Makna Maulid: Merefleksikan Spirit Muhammad SAW
Esai - Meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Mengekspresikan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW salah satunya adalah dengan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad atau biasa kita kenal dengan Maulid Nabi.
Peringatan Maulid Nabi pertama kali dirayakan pada masa Sultan Shalahuddin Al Ayyubi dari Dinasti Mamalik dengan tujuan mengobarkan semangat kaum muslim untuk menang dalam medan pertempuran perang salib (crusade).
Maulid Nabi adalah salah satu tradisi Islam yang memiliki spirit transformatif dan revolusioner. Di dalam perayaan Maulid Nabi banyak dibacakan sholawat, Al Barzanji, Ad Dibai, Burdah, Simtud Durar dan lainnya yang berisi pujian dan mengenang sejarah perjuangan Nabi Muhammad.
Maka dari itu memperingati Maulid Nabi jangan hanya dimaknai dan dirayakan secara ceremonial namun harus dimaknai dengan mengambil spirit perjuangan Nabi Muhammad SAW untuk kita aktualisasikan dalam kehidupan saat ini.
Maulid yang selama ini dipahami sebagai tradisi keislaman, dapat direkonstruksi menjadi sebuah gerakan moral dalam menghadapi ketidakpastian sosial yang melanda negara ini, dan memang idealnya demikian. Memperingati maulid berarti membangkitkan mentalitas dan mengaktualisasikan kembali spirit perjuangan Rasulullah sebagai manusia sempurna (insan kamil) yang telah berhasil membangun sebuah peradaban kemanusiaan yang cemerlang yang tak seorang pun dapat memungkirinya. Sehingga karakter, kepribadian (ahlak) dan ajaran Beliau banyak mengilhami manusia baik mereka beragama Islam ataupun mereka yang non-Islam untuk senantiasa berkontribusi aktif untuk menjalankan peran-peran sosial-kemanusiaannya.
Di tengah problematika kemanusiaan yang melanda dunia khususnya Indonesia yang semakin complicated, di butuhkan sebuah wacana solutif yang mengedepankan prinsip-prinsip keadilan sosial dan egalitarianisme. Sebelum kaum marxis berbicara tentang Sosialisme dan kesetaraan (egaliter) jauh berabad-abad sebelumnya, Nabi Muhammad yang diutus dengan mengawali ajarannya di sebuah kawasan tandus semenanjung arabia yaitu tepatnya Makkah Al-Mukarram telah menguraikan secara kompleks hakikat kemanusiaan itu.
Kehadiran sejarah Rasulullah menjadi inspirasi paling sempurna bagi seorang muslim dalam menjalani apapun dalam realitas hidupnya.
Sejarah dibaca memang untuk melahirkan tokoh di masa lampau. Ini menjadi salah satu filosofi dari displin sejarah itu sendiri. Dalam tradisi maulid kita, hal itu sangat kental. Bahkan, tidak hanya melahirkan tapi juga menyegarkan kembali bahwa hanya ada satu tokoh kunci dan super idol dalam keyakinan kita, yakni Nabi Muhammad SAW.
Maulid sejatinya harus dipandang sebagai tradisi positif yang dapat menjadi media syiar islam, karena Islam sebagai agama memiliki ajaran yang moderat dan inklusif dan senantiasa menjawab kebutuhan sosial masyarakatnya bukan justru merestui terjadinya kesenjangan dan ketimpangan sosial di masyarakat, karena hal itu akan mencederai fungsi agama yang datang untuk merekonstruksi bangunan dan sistem sosial-kemasyarakatan.
Banyak hal yang telah diberikan Nabi SAW dengan keteladanannya. Sosok Nabi SAW adalah figur yang solutif, selalu memberikan jalan keluar pada setiap problematika. Hal itu tercermin dalam sikapnya yang selalu memberikan jawaban kepada para sahabat yang menanyakan berbagai persoalan dan mengadu tentang berbagai permasalahan, baik sosial maupun individual. Dengan pertimbangan yang sangat matang dan diawasi langsung oleh Tuhan, Nabi Muhammad memberikan jawaban yang tepat dan jawaban tersebut kemudian menjadi sumber hukum dalam agama Islam.
Nabi Muhammad SAW ketika berada pada suatu kondisi dan memberikan solusi atas permasalahan yang telah lalu, harus ditafsiri sesuai dengan kondisi sekarang secara kontekstual.
Kualitas religius inilah yang akan membantu umat beragama memiliki kesadaran religiusitas yang berkualitas dan berimplikasi pada perubahan sosial. Kualitas religiusitas semacam ini yang akan bisa membawa nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan semakin nyata. Singkat kata, agama sudah seharusnya menjadi inspirasi untuk melakukan tindakan revolusioner menuju perubahan kehidupan yang lebih bermakna.
Peringatan Maulid Nabi SAW tidak hanya bersifat teologis-spiritual yang cenderung lebih ke arah religiusitas, melainkan bisa dimaknai sebagai gagasan sosial-humanisme yang lebih membumi. Dengan demikian, peringatan Maulid Nabi ternyata bisa menjadi buah dari spirit religiusitas dan sosial, sakral dan profan, agamis dan sekuler, serta melangit dan membumi.
Untuk itu, perayaan Maulid Nabi Muhammad sejatinya bukan seremonial dan semarak formal yang diramaikan dengan berbagai ritual. Pada dasarnya, spirit Maulid Nabi adalah meneladani sifat-sifat kemuliaan Nabi Muhammad SAW dan merefleksikan secara seimbang dengan aplikasi dan implementasi riil dalam berbuat dan bertindak.
Makna Maulid Nabi yang dalam dunia kita terus diperingati setiap tanggal kelahiran beliau bukan lagi sebuah kesemarakan seremonial, tapi sebuah momen spiritual untuk mentahbiskan beliau sebagai figur tunggal yang mengisi pikiran, hati dan pandangan hidup kita. Dalam maulid kita tidak sedang membikin sebuah upacara, tapi perenungan dan pengisian batin agar tokoh sejarah tidak menjadi fiktif dalam diri kita, tapi betul-betul secara kongkrit tertanam, mengakar, menggerakkan detak-detak jantung dan aliran darah ini. Maka seperti al-Ayyubi yang menghadirkan Nabi Muhammad di medan perang kita mesti menghadirkan beliau dalam ruang hidup yang lain. Tidak hanya dalam bentuk cerita-cerita yang mengagumkan, tapi juga semangat keteladanan dalam menjalani realitas hidup ini.
Penulis: Rudianto (Ketua Cabang PMII Soppeng)
Post a Comment