Opini: Sukarno, Pemimpin Termewah dan Ditakuti di Dunia - Birukuning News

Opini: Sukarno, Pemimpin Termewah dan Ditakuti di Dunia

OPINI - Kadang, kita dengan naifnya melihat suatu keadaan. Mengukur dari satu realitas tanpa melihat sudut pandang lain. Begitupula dalam pro-kontra sejarah pesawat kepresidenan di era Ir Sukarno. Banyak kalangan menilai merupakan simbol kesenjangan sosial dan kesewenangan kekuasaan. Namun, pada sisi lain merupakan rating pemimpin kelas dunia.

Sejak tahun 1951 Ir Sukarno sudah menggunakan jenis Helly Hiller buatan Barkelay, Amerika Serikat, sebagai kendaraan dalam melaksanakan tugas-tugas negara. Cerita tersebut sangat menghebohkan dunia, sebab Indonesia masih seumur jagung. Sedang pada sisi lain, belum ada pemimpin dunia yang menggunakan alat transportasi udara sebagai kendaraan dinas.

Bertabur guyonan, Sukarno bertutur, "Biarlah saya naik helly. Biar Djakarta tidak macet jika saya lewat,". Sepintas pada masa kini, pernyataan Sukarno dapat dianggap dalih dan bentuk keangkuhan penguasa. Tapi demikianlah realitanya. Sukarno teramat dicintai oleh masyarakat, hingga tak heran warga kerap berketumun jika melihat sang proklamator itu pada tempat-tempat publik.

Trasnportasi udara dengan mode bebas hambatan juga memudahkan Sukarno di atas kawasan Indonesia yang berbentuk kepulauan. Ketokohannya di kalangan rakyat kecil juga membuat Sukarno harus aktif bepergian dalam waktu yang sangat terbatas.

Sukarno, dengan helly, wibawah serta kejantanannya, membuat negara-negara besar seperti Rusia (kala itu: Uni Soviet) dan Amerika tak bisa bermain-main. Pasca perang dunia II dan awal perang dingin yang melibatkan blok barat (dimpimpin Amerika) dan blok timur (dipimin Uni Soviet) keduanya menitip banyak harap keberpihakan Indonesia. Namun Sukarno dengan gigih dan cerdas tidak ingin terlibat dalam perang.

Presiden Uni Soviet, Nikita Kruschev, tahun 1957, menghadiahkan Sukarno, dua unit pesawat Ilyushin Il-18, secara nasional dikenal dengan nama Dolok Martimbang. Tak mau kalah, pada tahun 1960, Bung Karno dihadiahkan helikopter Sirkosky oleh Presiden AS, Dwight Eisenhower. Burung besi serasa seksi sebagai upeti dari asing. Namun Sukarno tetap pada prinsip nasionalisme dalam mengelola negara. Paham cara meletakkan hubungan bilateral dan multilateral.

Disokong dengan status nasionalisasi aset bangsa membuat Ir Sukarno penuh percaya diri. Negara ini akan lebih kaya dari negara-negara adikuasa. Sebab, sumberdaya alam yang berlimpah adalah aset negara yang dapat mengantarkan pada kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia, meski asing ikut melirik dengan berbagai cara.

Jejak berabad-abad penjajah belum pulih dari bahu rakyat negeri. Namun, Ir Sukarno berani menunjukan bahwa Indonesia lebih hebat dari penjajah. Goresan cambuk di bahu adalah senjata terbesar untuk tidak diremehkan. Sukarno pun terus membenah negeri dengan visioner.

Namun namun naas, desainer sosial kelas dunia itu harus berakhir dengan kudeta, di sela tangis awam kaum proletar. Negeri sang pemikir pun kembali tertindas. Prinsip serasa runtuh seketika. Kemewahan tergadai. Tak usah bercerita panjang, dua tahun kemudian (1967), nasionalisasi aset bangsa di cabut. Serempak neolib Newmond dan Freeport dengan leluasa mendulang di tanah negerinya.

Sedang rakyat di cekik dengan hutang Hindia Belanda yang harus dibayarkan, membuatku dan kita semua berutang sejak dalam rahim tanpa syarat. Sedang rakyat harus patuh di rezim otoriter yang mengancam nyawa.

Entahlahh kawan... Masih adakah seiklas dan sehebat Sukarno...?

Penulis: Abdul Rajab Sabaruddin (Sahabat PMII)

Tidak ada komentar