#Jokowi dan Ummat Bingung (Oleh Sahabat Abdul Rajab Sabarudin) - Birukuning News

#Jokowi dan Ummat Bingung (Oleh Sahabat Abdul Rajab Sabarudin)

Panas terik di lereng bukit tepian timur Nusantara. Di sanalah sang pekerja sedang menikmati udara segar. Bertrail, sembari menikmati karya fikirnya demi pembebasan. Dialah Joko Widodo, pemandu ibu pertiwi yang tak peduli wibawah di hadapan para pimpinan dunia lainnya.
Jokowi, bekenya, siang itu tengah berseda gurau dengan saudara semerah putihnya. Mereka tertawa, berbicara tentang harapan-harapan di masa depan yang lebih indah. Tentang pelbagai manfaat Trans Papua yang baru saja disahkan dan sebelumnya diisolasi total. Tentang pos lintas batas keluar negara yang baru di benahi dan berbagai hal di potongan tanah syurga itu.

Dia abdi yang lupa mengenal lelah. Mungkin itulah sebab perutnya tak kunjun buncit meski di lumbung kekuasaan. Dua tahun terakhir, sang maestro pembangunan itu hanya berkeliling nusantara. Melihat semua potensi bangsa yang dapat ditawarkan dalam sistem dagang global. Lalu, membenahi infrastrukturnya demi percapatan ekonomi dan tak lupa mendorong peningkatan Sumber Daya Manusia agar bangsa tumbuh dengan mandiri. Mungkin dia bercita-cita tentang masa depan negara makmur.

Jokowi bak teman siapa saja. Bila sempat, dia bisa bersua dengan siapa saja. Bila tidak, dia dapat diakses melalui beberapa akun media sosial pribadinya. Di sana dia terlihat akrab, meski jadwal perjalanan sangat panjang. Kondisi berbeda dari para nahkoda sebelumnya yang penuh wibawa, gagahan, terkesan makmur dengan progres pembangunan stagnan, serta utang negara membengkak.

Lalu, di tanah timur seketika gelap, bukan hanya karena malam. Namun Jokowi harus berhadapan dengan pasukan gelap mata. Para pembenci Pancasila mencapai klimaks kemarahan karena Menko Polhukam, Wiranto malam itu membubarkan hura-hara mereka yang ingin menggulingkan Jokowi tanpa rasio. Tanpa alasan pasti, dengan jalan mengganti sistem negara Pancasila dengan khilafah. Sedang Pancasila tak melarang mereka ber-Tuhan.

Pasukan gelap mata yang mengklaim diri sebagai ummat terbaik, suci, dengan akidah paling mulia. Namun, lebih banyak dari ummat tidak faham apa yang mereka lakukan. Untuk apa dilakukan dan apa imbas dari kelakukan mereka. Ummat hanya mengikuti ayunan bendera hitam putih berlafas dan tidak mengetahui siapa pengayun bendera. Meninggalkan kebun, sawah, pasar dan semua tempat mencari nafkah.

Ummat tidak sadar keutuhan NKRI mereka tawar-tawar. Perang saudara mereka undang. Perkelahian, darah dan kematian akan memasuki rumah-rumah mereka. Mengambil nyawa suami, istri dan geladak tawa anak-anak mereka. Ummat begitu bodoh menelan mutlak segalanya demi bendera konyol itu dan pemandu misterinya. Ummat sulit menerawang tangisan darah yang menunggu pecah. Sedang kontrak jaminan sejahtera bermaterai mereka tidak mengantonginya jika Jokowi hengkang.

Ummat tak sadar jika sang pengayuh bendera sedang bersandiwara. Sang pengayuh bendera sedang mengemis pundi-pundi suara ummat dalam percaturan politik. Sebab, kursi Jokowi begitu empuk bagi para serakah. Kursi Jokowi adalah jaminan nasib tujuh turunan keluarga penguasa bahkan hingga kiamat. Ummat tak sadar jika nasib mereka akan digadaikan.

Sedang Jokowi, tersenyum tipis memandang sepintas penuh bayang. Dia hanyalah abdi. Dia hanyalah pekerja. Dogma kebencian tak beralasan dari ummat, Jokowi harus telan. Meski pahit bak getirnya empedu selama kerja, kerja, kerja, hingga di bursa Pilpres 2019. Baginya, sebagai muslim, jabatan adalah amanah Allah SWT. Terpilih kembali dengan tidak, dia hanya berkerja dan mengedepankan kepentingan rakyat yang di dalamnya terdapat ummat. Jokowi, sosok iklas di bangsa ini, dengan hati tak bertulang.(*)

Ditulis: Abdul Rajab Sabarudin

Tidak ada komentar