SAVE POHON ULIN DARI TUBIR KEPUNAHAN
JAKARTA, AJATAPPARENG NEWS -- Pohon ulin mencuat di tengah ingar bingar kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi. Ada cerita di balik kerasnya kayu besi ini. Pohon ini terancam punah dan harus segera diselamatkan.
Berdasarkan data yang dihimpun detikcom, Minggu (5/3/2017), pohon ulin dikenal sebagai pohon khas Kalimantan, meski sebenarnya pohon ini juga tumbuh di Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Bahkan ada juga yang tumbuh di Filipina. Pohon Eusideroxylon zwageri ini dikenal juga dengan nama bulian, tabalien, atau unglen.
Pohon ulin di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur, konon menjadi salah satu pohon terbesar di dunia. Pohon itu diperkirakan sudah berusia satu milenium, punya diameter 2,47 meter.
Save Pohon Ulin dari Tubir Kepunahan!Pohon Ulin terbesar, berusia satu milenium (Robert/detikcom)
Karena sifat keras nomor wahid, kayu ini dimanfaatkan untuk konstruksi berat, perkapalan, konstruksi rumah panggung, bahkan hingga untuk bantalan rel kereta api. Maka kayu ulin diburu gila-gilaan.
Penelitian Syamsul Hidayat yang diterbitkan dalam Jurnal BioSMART tahun 2004 menyebutkan area pertumbuhan ulin di Kalimantan tinggal tersisa 40 persen dari area persebaran sesungguhnya. Eksploitasi besar-besaran tak bisa dipungkiri menjadi penyebabnya.
Sejak 1997, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menetapkan pohon ulin masuk kategori rentan atau rawan kepunahan, alias masuk 'red list'.
Bibit pohon ulin di Istana Merdeka, telah ditanam Raja Salman (Danu Damarjati/detikcom)Bibit pohon ulin di Istana Merdeka, telah ditanam Raja Salman (Danu Damarjati/detikcom) Foto: Pohon Ulin (Danu Damarjati, Robert, Istimewa)
Sukaersih Pradjadinata dan Murniati dalam riset yang diterbitkan Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Volume II Nomor 3, Desember 2014, menjelaskan pohon ulin sekarang sudah berada di tubir kepunahan. Di semua wilayah Indonesia, dapat diduga telah terjadi penurunan rata-rata populasi lebih dari 20 persen selama lebih dari 10 tahun atau tiga generasi terakhir.
"Jenis ini di alam menghadapi risiko tinggi terhadap kepunahan dalam waktu dekat," demikian mereka menuliskan.
Risiko kepunahan karena terjadi penurunan kualitas habitat, penurunan daerah penyebaran, hingga tingkat eksploitasi karena nilai ekonomi kayu ulin tergolong tinggi.
Save Pohon Ulin dari Tubir Kepunahan!Kayu-kayu ulin menjadi komoditas, seringnya ilegal (Istimewa)
Selain karena eksploitasi, laju pembangunan juga menjadi tantangan untuk menarik ulin dari jurang kepunahan. Sukaersih dan Murniati menyebut salah satu contohnya, pembuatan jalan trans Kalimantan yang melewati hutan primer menyebabkan mudahnya akses penebangan pohon ulin, memudahkan pula pengangkutan kayu ulin ke pasar. Jalan raya yang membelah Tama Nasional Kutai di Kabupaten Kutai Timur juga telah mengakibatkan menunurunnya potensi kayu ulin di taman nasional itu.
Tingkat regenerasi pohon ulin juga sangat lambat. Upaya konservasi juga masih sulit dilakukan, namun jelas perlu diperjuangkan. Hal ini dijelaskan Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Siti Maimunah, yang sudah berusaha menggalang kesadaran masyarakat di Desa Mungku Baru, Kalimantan Tengah.
"Ulin mempunyai pertumbuhan sangat lambat, 60 cm/100 tahun. Dengan pertumbuhan yang sangat sulit. Jadi sulit untuk dikonservasi," tutur Siti.
Dia menilai masyarakat tak tertarik menanam ulin karena usia panennya yang lama. Namun demikian, konservasi tetap harus dilakukan.
"Save pohon ulin!" pekik Bu Siti.
Berdasarkan data yang dihimpun detikcom, Minggu (5/3/2017), pohon ulin dikenal sebagai pohon khas Kalimantan, meski sebenarnya pohon ini juga tumbuh di Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Bahkan ada juga yang tumbuh di Filipina. Pohon Eusideroxylon zwageri ini dikenal juga dengan nama bulian, tabalien, atau unglen.
Pohon ulin di Taman Nasional Kutai, Kalimantan Timur, konon menjadi salah satu pohon terbesar di dunia. Pohon itu diperkirakan sudah berusia satu milenium, punya diameter 2,47 meter.
Save Pohon Ulin dari Tubir Kepunahan!Pohon Ulin terbesar, berusia satu milenium (Robert/detikcom)
Karena sifat keras nomor wahid, kayu ini dimanfaatkan untuk konstruksi berat, perkapalan, konstruksi rumah panggung, bahkan hingga untuk bantalan rel kereta api. Maka kayu ulin diburu gila-gilaan.
Penelitian Syamsul Hidayat yang diterbitkan dalam Jurnal BioSMART tahun 2004 menyebutkan area pertumbuhan ulin di Kalimantan tinggal tersisa 40 persen dari area persebaran sesungguhnya. Eksploitasi besar-besaran tak bisa dipungkiri menjadi penyebabnya.
Sejak 1997, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menetapkan pohon ulin masuk kategori rentan atau rawan kepunahan, alias masuk 'red list'.
Bibit pohon ulin di Istana Merdeka, telah ditanam Raja Salman (Danu Damarjati/detikcom)Bibit pohon ulin di Istana Merdeka, telah ditanam Raja Salman (Danu Damarjati/detikcom) Foto: Pohon Ulin (Danu Damarjati, Robert, Istimewa)
Sukaersih Pradjadinata dan Murniati dalam riset yang diterbitkan Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Volume II Nomor 3, Desember 2014, menjelaskan pohon ulin sekarang sudah berada di tubir kepunahan. Di semua wilayah Indonesia, dapat diduga telah terjadi penurunan rata-rata populasi lebih dari 20 persen selama lebih dari 10 tahun atau tiga generasi terakhir.
"Jenis ini di alam menghadapi risiko tinggi terhadap kepunahan dalam waktu dekat," demikian mereka menuliskan.
Risiko kepunahan karena terjadi penurunan kualitas habitat, penurunan daerah penyebaran, hingga tingkat eksploitasi karena nilai ekonomi kayu ulin tergolong tinggi.
Save Pohon Ulin dari Tubir Kepunahan!Kayu-kayu ulin menjadi komoditas, seringnya ilegal (Istimewa)
Selain karena eksploitasi, laju pembangunan juga menjadi tantangan untuk menarik ulin dari jurang kepunahan. Sukaersih dan Murniati menyebut salah satu contohnya, pembuatan jalan trans Kalimantan yang melewati hutan primer menyebabkan mudahnya akses penebangan pohon ulin, memudahkan pula pengangkutan kayu ulin ke pasar. Jalan raya yang membelah Tama Nasional Kutai di Kabupaten Kutai Timur juga telah mengakibatkan menunurunnya potensi kayu ulin di taman nasional itu.
Tingkat regenerasi pohon ulin juga sangat lambat. Upaya konservasi juga masih sulit dilakukan, namun jelas perlu diperjuangkan. Hal ini dijelaskan Dekan Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Siti Maimunah, yang sudah berusaha menggalang kesadaran masyarakat di Desa Mungku Baru, Kalimantan Tengah.
"Ulin mempunyai pertumbuhan sangat lambat, 60 cm/100 tahun. Dengan pertumbuhan yang sangat sulit. Jadi sulit untuk dikonservasi," tutur Siti.
Dia menilai masyarakat tak tertarik menanam ulin karena usia panennya yang lama. Namun demikian, konservasi tetap harus dilakukan.
"Save pohon ulin!" pekik Bu Siti.
Post a Comment